Sunday 18 August 2013

Calung Tarawangsa dari Cibalong dan Cipatujah

Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih). [2]

Pengertian Calung selain sebagai alat musik juga melekat dengan sebutan seni pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni Calung Jinjing dan Calung Rantay.

1. Calung Jinjing

Calung jinjing adalah jenis alat musik yang dikenal secara umum dan bisa jadi merupakan pengembangan dari bentuk calung rantay.


Calung Jiinjing berbentuk deretan bambu bernada yang disatukan dengan sebilah kecil bambu (paniir). 

Calung jinjing terdiri atas empat atau lima buah, seperti calung kingking (terdiri dari 12 tabung bambu), calung panepas (5 /3 dan 2 tabung bambu), calung jongjrong (5 /3 dan 2 tabung bambu), dan calung gonggong (2 tabung bambu). 

Kelengkapan calung dalam perkembangannya dewasa ini ada yang hanya menggunakan calung kingking satu buah, panempas dua buah dan calung gonggong satu buah, tanpa menggunakan calung jongjrong.

Cara memainkannya dipukul dengan tangan kanan memakai pemukul, dan tangan kiri menjinjing/memegang alat musik tersebut. Sedangkan teknik menabuhnya antar lain dimelodi, dikeleter, dikemprang, dikempyung, diraeh, dirincik, dirangkep (diracek), salancar, kotrek, dan solorok.

2. Calung Rantay

Calung rantay bilah tabungnya dideretkan dengan tali kulit waru (lulub) dari yang terbesar sampai yang terkecil, jumlahnya 7 wilahan (7 ruas bambu) atau lebih. Komposisi alatnya ada yang satu deretan dan ada juga yang dua deretan (calung indung dan calung anak/calung rincik). 


Cara memainkan calung rantay dipukul dengan dua tangan sambil duduk bersilah, biasanya calung tersebut diikat di pohon atau bilik rumah (calung rantay Banjaran-Bandung), ada juga yang dibuat ancak "dudukan" khusus dari bambu/kayu, misalnya Calung Tarawangsa di Cibalong dan Cipatujah, Tasikmalaya, Calung Rantay di Banjaran dan Kanekes/Baduy.

Calung Tarawangsa

Calung Tarawangsa, adalah kesenian yang terdapat di kabupaten Tasikmalaya, salah satunya terdapat di kampung Cigelap, Desa/Kecamatan Cibalong (kini Desa Parung). Satu lagi terdapat di Desa Darwati, Kecamatan Cipatujah, juga di Kabupaten Tasikmalaya. [1]

Disebut Calung Tarawangsa karena kesenian ini memakai dua buah alat musik yang terdiri atas Calung dan Tarawangsa. 


Calung adalah alat musik yang terbuat dari bambu, dan Tarawangsa adalah alat musik berdawai dua yang terbuat dari kotak kayu bertangkai, sejenis dengan rebab, yang dimainkan dengan cara digesek. 

Menurut Aseng Kartijan, Tarawangsa sudah ada sejak abad ke-12Berasal dari zaman kerajaan Galuh, saat kerajaan tersebut mampu menguasai Nusantara bahkan Thailand dan Cempa, sehingga dimungkinkan bahwa Tarawangsa dipengaruhi oleh kebudayaan Thailand, bahkan kemungkinan juga dipengaruhi oleh Taiwan, Vietnam, dan Birma. 

Pada awalnya kesenian ini dipentaskan pada kegiatan di keraton untuk menerima tamu kehormatan dari kerajaan lain yang berkunjung ke Kerajaan Galuh. 

Selain itu kesenian ini juga seringkali dijadikan sebagai sarana upacara adat, seperti Mapag Sri (upacara panen), wuku taun, mimitu (tujuh bulanan). 

Dalam perkembangannya, tarawangsa juga dijadikan sebagai hiburan untuk acara khitanan, perkawinan, dan lain-lain, bahkan sesuai dengan keyakinan masyarakat saat itu, Tarawangsa juga diyakini dapat menyembuhkan orang yang mengalami sakit. Konon, orang yang sakit itu bisa sembuh dengan cara mananggap tarawangsa. 

Dahulu, alat kesenian ini hanya Tarawangsa dengan Kacapi, ditambah dengan seorang juru kawih (pesinden), namun seiring dengan perkembangan waktu, alat musiknya ditambah dengan dua buah calung renteng atau calung rantay. 

Diceritakan oleh Aseng Kartijan, bahwa penambahan alat itu dilakukan oleh seorang seniman, Abah Suhali, pada kira-kira tahun 1969 dengan alasan, bahwa kesenian calung takut punah. Oleh sebab itulah, mengapa ia menggabungkannya dengan Tarawangsa, yang pada awalnya Calung renteng pun merupakan kesenian yang berdiri sendiri, yang berfungsi sebagai alat hiburan bagi para petani ketika mereka menunggu ladangnya (nungguan huma). Pada saat itulah mereka memainkan calung sebagai pelepas lelah dan hiburan bagi dirinya. 

Dengan adanya penambahan alat itu, maka kesenian tersebut kini dikenal dengan sebutan Calung Tarawangsa. Dengan demikian maka alat musik yang dipergunakan menjadi empat macam yakni: Tarawangsa, Calung Indung, Calung Anak, dan KacapiJika dipertunjukkan, biasanya ditambah dengan juru kawih yang merangkap sebagai pemetik Kacapi. 

Lagu-lagu yang dimainkan dalam pertunjukan Calung Tarawangsa ada 16 lagu, yakni: 
  1. Salancar (Bubuka), 
  2. Ayun, 
  3. Sejak, 
  4. Pangungsi, 
  5. Manuk hejo, 
  6. Cipinangan, 
  7. Kang Iryadi,
  8. Bambang kalana, 
  9. Aleuy, 
  10. Eureun sakeudeung, 
  11. Tulung Gusti, 
  12. Kang kiyai, 
  13. Lokatmala, 
  14. Seuyang, 
  15. Alon, dan 
  16. Mulang. 
Masing-masing lagu mempunyai syairnya sendiri. Berikut adalah salah satu contoh syair lagu Ayun: 
1. Ayun… ayun ku Ibu 
Di emban-emban ku rama, aduh nyai Ayun… 
ayun ambing 
Murangkalih Alloh pang ngayunkeun 
Ayun kasep anu deudeuh 

2. Ayun di bale-bale Bandung 
Diemban di mega malang, anu geulis 
Ayun… Ayun ambing 
Murangkalih Alloh pang ngayunkeun Ayun geulis, 
geuning nineung 

Walaupun kini Calung Tarawangsa sudah amat jarang ditanggap lagi oleh masyarakat, namun kesenian ini masih tetap hidup. 

Sanggar seni yang saat ini masih melestarikan seni Calung Tarawangsa di kabupaten Tasikmalaya adalah Sanggar Seni Dangiang Budaya pimpinan Bpk. Aseng Kartijan, Kampung Cigelap, Desa Parung, Kecamatan CibalongPara pemain yang sampai saat ini masih menekuni seni tersebut antara lain: 
  1. Aseng Kartijan, pimpinan Sanggar 
  2. Oman pemain Tarawangsa 
  3. Yana pemain Calung Indung 
  4. Yayan pemain Calung anak 
  5. Enar pemain kacapi merangkap juru kawih. 
Sedangkan grup Calung Tarawangsa di Desa Darwati, Kecamatan Cipatujah, bernama Gebang Luis pimpinan Abah Sapjuri. Para pemainnya sedikit lebih banyak dibanding dengan Calung Tarawangsa Cibalong. Mereka yang kini masih aktif antara lain: 
  1. Sanudin, pemain Calung Indung 
  2. Ojo, pemain Calung Anak 
  3. Udin, pemain suling 
  4. Sapjuri, pemain Tarawangsa 
  5. Saptari, pemain Kecapi 
  6. Tarmini, Juru Kawih). 

Lagu-lagu yang dimainkan antara lain: Pangambingan, Gondang, Eundeuk, Pasir waru, Eyong, dan lain-lain. 

Referensi :

[1] http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/ensiklo-det.php?id=17&lang=id Penulis: Toto Amsar Suanda

[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Calung

No comments:

Post a Comment

linkwithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...