Thursday 8 May 2014

Biografi Singkat Ibu Apipah

Pernahkah Anda melewati sebuah jalan yang menyambung­kan antara jalan KH. Z. Mustofa dengan jalan BKR menuju jalan Cikalang di Tasikmalaya?

Jalan yang merupakan jalur alternatif menuju lapangan Dadaha ini bernama Jalan Ibu Apipah. Jalan yang sekarang diramai­kan oleh penjual macam-ma­cam makanan.

Namun siapa­kah Ibu Apipah ini sebenarnya?


Bernama lengkap Apipah Nataatmaja, dilahirkan di Ciba­tu, Garut, pada tanggal 19 September 1910 sebagai anak pertama dari sebelas ber­saudara dari pasangan Masdan Nataatmaja dan Ocin Karnesih.

Beliau juga merupakan kakak tertua dari seorang tokoh mantan gubernur Jawa Barat sekaligus pendiri Universitas Siliwangi Tasikmalaya dan Pembina Universitas Pakuan Bogor, alm. Letjen (Purn) H. Mashudi Nataatmaja.


Ibu Apipah bersekolah di Ga­rut – Chr. H.I.S, kemudian mendapat pendidikan khusus dari mantan gurunya di Garut, sehingga menjadi guru Taman Kanak-Kanak di Chin School Tasik­malaya dari tahun 1933 sampai tahun 1941.

Pada masa pendudukan Jepang menjalani operasi di Bandung dan sejak itu menetap di Bandung.

Saat terjadinya Bandung Lautan Api, ia mengungsi ke Ciparay dan me­mimpin dapur umum. Ke­mu­dian dilanjutkan mengungsi ke Tasikmalaya dan memulai usa­ha kerajinan, lalu mendi­rikan Toko Patriot sambil berorganisasi di Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari), dan mendirikan Yayasan Hara­pan untuk menampung anak-anak yatim, terutama korban tentara DI/TII.

Pada tahun 1957 ia pindah ke Bandung dan mendirikan Gift Shop Patriot di sana, tetapi karena urusan organisasi terlalu menyita waktunya akhirnya toko itu ditutup.

Sempat aktif sebagai penasihat Koperasi Wanita Bhakti di organisasi Perwari dan Badan Koordinasi Organisasi Wanita Indonesia (BKOW).

Karena aktif berorganisasi, beliau terpilih menjadi anggota DPRD Tasikmalaya dan kemudian menjadi anggota DPR RI (1973-1978). Hingga akhir hayatnya beliau tidak berhenti dengan kesibukan organisasi. Ia sendiri tidak menikah dan mencurahkan perhatiannya untuk mengurus anak-anak yatim di yayasannya.

Ibu Apipah meninggal pada tanggal 23 November 1990, dan dimakamkan pada tanggal 24 November 1990 di pemakaman umum Cieunteung Tasikmalaya.

Untukmengenang jasa beliau, pemerintah memberi nama salah satu jalan dengan nama “Jalan Ibu Apipah” yang ber­lokasi di bekas tempat yayasan itu berada.

Sebagai perempuan, Apipah telah membuktikan kemandirian dan dedikasi penuh terhadap organisasi dan kegia­tan sosial, juga sebagai salah satu “ibu” anak-anak bangsa yang telah memberikan manfaat positif dari dirinya bagi orang banyak.

Jadi, wahai para perempuan, marilah kita tetap berjuang di bidang masing-masing sehingga dapat memberi manfaat dan motivasi positif pada lingkungan sekitar kita dan masyarakat pada umumnya. Sebab keberhasilan dan kemajuan sebuah bangsa juga berada di tangan kita, para perempuan hebat.

Sumber dari dan ditulis langsung oleh Ratna Ayu Budiarti (Penyair, Cerpenis yg tinggal di Garut) : https://ratnaayubudhiarti.wordpress.com/2012/12/24/meneladani-semangat-ibu-apipah-opini-di-kabar-priangan-sabtu-22-desember-2012/

No comments:

Post a Comment

linkwithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...