Friday 21 May 2010

Sejarah Kampung Naga

Foto ; 6 July 2009
Kampung Naga secara administratif berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat dan lokasinya tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dengan Tasikmalaya. Jarak tempuh dari Kota Tasikmalaya ke Kampung Naga kurang lebih 30 kilometer, sedangkan dari Kota Garut jaraknya 26 kilometer. 

Untuk menuju Kampung Naga dari arah jalan raya Garut-Tasikmalaya harus menuruni tangga yang sudah ditembok (Sunda sengked) sampai ke tepi sungai Ciwulan dengan kemiringan sekitar 45 derajat dengan jarak kira-kira 500 meter, kemudian melalui jalan setapak menyusuri sungai Ciwulan sampai ke dalam Kampung Naga.

Kampung Naga berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah ;

  • di sebelah Barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga; 
  • di sebelah Selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk;  
  • di sebelah Utara dan Timur dibatasi oleh sungai Ciwulan yang sumber airnya berasal dari Gunung Cikuray di daerah Garut.

Gezicht over heuvellandschap met rijstvelden Neglasari 1920-1935

Sejarah atau asal usul Kampung Naga menurut salah satu versi adalah bermula pada masa kewalian Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, seorang abdinya yang bernama Singaparana ditugasi untuk menyebarkan agama Islam ke sebelah Barat. 

Suatu hari ia mendapat ilapat atau petunjuk harus bersemedi. Dalam persemediannya Singaparana mendapat petunjuk, bahwa ia harus mendiami satu tempat. Kemudian ia sampai ke daerah Neglasari (yang sekarang disebut Kampung Naga).

Di tempat tersebut, Singaparana oleh masyarakat Kampung Naga disebut Sembah Dalem Singaparana

Huis dorpspriester Negla (1925-1933)


Nenek moyang Kampung Naga yang paling berpengaruh dan berperan bagi masyarakat Kampung Naga “Sa Naga” yaitu Eyang Singaparana atau Sembah Dalem Singaparana yang disebut lagi dengan Eyang Galunggung.

Namun kapan Eyang Singaparana meninggal, tidak diperoleh data yang pasti bahkan tidak seorang pun warga Kampung Naga yang mengetahuinya. Menurut kepercayaan yang mereka warisi secara turun temurun, nenek moyang masyarakat Kampung Naga ini tidak meninggal dunia melainkan raib tanpa meninggalkan jasad dan di tempat itulah masyarakat Kampung Naga menganggapnya sebagai makam, dengan memberikan tanda atau petunjuk kepada keturunan Masyarakat Kampung Naga.Makam tersebut adanya di sebelah Barat Kampung Naga dan oleh masyarakat Kampung Naga dianggap sebagai makam keramat yang selalu diziarahi pada saat diadakan upacara adat bagi semua keturunannya.

Ada sejumlah nama para leluhur masyarakat Kampung Naga yang dihormati selain Sembah Dalem Singaparana, diantaranya :
  1. Pangeran Kudratullah, dimakamkan di Gadog Kabupaten Garut, seorang yang dipandang sangat menguasai pengetahuan Agama Islam.
  2. Raden Kagok Katalayah Nu Lencing Sang Seda Sakti, dimakamkan di Taraju, Kabupaten Tasikmalaya yang mengusai ilmu kekebalan “kawedukan”.
  3. Ratu Ineng Kudratullah atau disebut Eyang Mudik Batara Karang, dimakamkan di Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, menguasai ilmu kekuatan fisik “kabedasan”.
  4. Pangeran Mangkubawang, dimakamkan di Mataram Yogyakarta menguasai ilmu kepandaian yang bersifat kedunawian atau kekayaan.
  5. Sunan Gunungjati Kalijaga, dimakamkan di Cirebon menguasai ilmu pengetahuan mengenai bidang pertanian.

Sumber : Buku Kampung Naga, 
Foto : Koleksi Tropenmuseum 

Demikianlah yang bisa kami sampaikan tentang sejarah Kampung Naga, kurang lebihnya mohon maaf. 

No comments:

Post a Comment

linkwithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...