Di tepi sungai Cimedang, sebelah selatan kerajaan Sukapura, hiduplah seorang lelaki tua di
sebuah rumah yang atapnya terbuat dari rumbia. Lelaki tua tersebut sehari-harinya tatanen (bertani) dengan memanfaatkan tanah adat milik kerajaan Sukapura.
Selain itu, untuk menambah penghasilan, lelaki tua itu pun sekali-kali menangkap ikan di sungai Cimedang. Dalam menangkap ikan, ia hanya memakai peralatan seadanya. Biasanya memakai bubu atau badodon. Alat penangkap ikan tersebut terbuat dari bambu.
Apabila mendapat ikan cukup banyak, sebagian akan dikere (diselai) dan sebagian lain dijual kepada tetangganya. Begitulah lelaki tua itu kesehariannya.
Meskipun hidup serba kekurangan, lelaki tua tersebut tidak berputus asa. Ia sangat rajin sekali beribadah. Seperti ketika itu, ia pernah ditimpa sakit keras. Namun tetap saja melaksanakan solat lima waktu. Sekalipun tidak kuat untuk mengambil air wudlu, ia akan bertayamum.
Suatu hari di musim penghujan, tiba-tiba kampung tersebut terkena caah (banjir). Mula-mula air hujan hanya menggenangi halaman rumah penduduk. Lama-kelamaan semakin membesar. Sungai Cimedang pun akhirnya meluap. Lalu seluruh areal pesawahan dan perkampungan pun tenggelam diterjang air bah.
Banyak rumah penduduk yang tenggelam. Termasuk rumah lelaki tua itu, mulai digenangi air bah dari sungai Cimedang. Namun meskipun demikian, lelaki tua itu tidak segera pergi meninggalkan rumahnya. Ia malah naik ke atas atap rumahnya sambil membawa enam buah kelapa. Ia berpikir apabila air bah sudah menenggelamkan seluruh rumahnya, ia akan mengapung di atas buah kelapa yang dibawanya.
Sesuai dugaan, air bah pun segera menenggelamkan seluruh rumah lelaki tua itu. Lelaki tua itu pun kemudian terbawa air bah yang arusnya sangat deras. Dengan tenang, lelaki tua itu pun mengambang bersama enam buah kepala yang dibawanya semula. Ia terbawa arus sampai ke muara sungai Cimedang. Di sana airnya tidak terlalu deras, sehingga lelaki tua itu segera berenang sampai ke tepi muara.
Sesampainya di tepi muara, beberapa saat ia tertegun. Lelaki tua itu pun tidak beranjak dari tepi muara. Ia hanya melihat air bah yang mengalir deras sampai surut.
“Alhamdulillah, Gusti masih menyelamatkanku,” gumamnya lirih.
Adapun enam buah kelapa yang dibawanya, dilemparkannyalah ke aliran sungai Cimedang. Buah kelapa itu pun terbawa arus sungai, sampai akhirnya tersangkut di sebuah nusa (pulau kecil) di tengah- tengah muara.
Kemudian air bah pun surut. Penduduk kampung mulai berdatangan menolong lelaki tua tersebut.
Keesokan harinya, mereka bergotong-royong membantu memperbaiki rumah lelaki tua yang hancur terkena banjir.
Beberapa bulan kemudian, di nusa tersebut tumbuh enam buah pohon kelapa. Semakin hari pohonnya semakin tinggi, sampai akhirnya berbuah.
Oleh Tua Kampung, nusa tersebut selanjutnya diserahkan pada lelaki tua untuk diolah menjadi lahan perkebunan. Adapun buah kelapa dari keenam pohon kelapa itu, oleh lelaki tua selalu dijualnya untuk menambah penghasilan sehari-hari.
Setelah lelaki tua itu meninggal, buah kelapa dari keenam pohon kelapa yang tumbuh di tengah nusa itu pun tidak ada yang berani mengambil apalagi mencurinya. Nusa itupun kemudian dinamai Kalapagenep, yang artinya enam buah pohon kelapa.
“Aku namakan nusa ini Kalapagenep,” ujar Tua Kampung di depan seluruh penduduk.
"Kenapa, Aki?” timpal salah seorang penduduk.
“Untuk mengenang perjuangan Aki Sahuri yang bersusah payah menyelamatkan diri dari terjangan banjir dengan memakai enam buah kelapa ini,” jawab Tua Kampung sambil menunjuk pada enam pohon kelapa yang tumbuh subur di tengah-tengah nusa.
“Oh, kalau begitu aku setuju.”
“Setujuuuu...!” sahut para penduduk yang lain.
Selanjutnya, daerah di sekitar muara itu pun kemudian dinamakan kampung Kalapagenep.
“Oh, kalau begitu aku setuju.”
“Setujuuuu...!” sahut para penduduk yang lain.
Selanjutnya, daerah di sekitar muara itu pun kemudian dinamakan kampung Kalapagenep.
Kini kampung tersebut menjadi batas antara kabupaten Ciamis dengan kabupaten Tasikmalaya. **
-----
info ini kami ambil dari Grup TTD nu mangrupi Kintunan ti Kang Li ping November 22, 2011 at 9:46am
-----
info ini kami ambil dari Grup TTD nu mangrupi Kintunan ti Kang Li ping November 22, 2011 at 9:46am
No comments:
Post a Comment