Pesan Patih Raden Arya Danuningrat
'Wahai anakku,
Kamu janganlah berputus asa dalam menghadapi segala cobaan maka bersabarlah dan tawakallah yakinlah segala apa yang kau cintai akan pergi meninggalkanmu, segala pertemuan maka akan ada perpisahan dan segala yang kau cintai akan terputus Insya Allah kelak akan tertaut kembali dalam pertemuan.
Jika Allah menghendaki engkau jadi pemimpin dikemudian hari, maka jadilah pemimpin yang baik.
Perhatikanlah nasib rakyatmu niscaya engkau akan dicintai oleh segenap rakyatmu bahkan rakyat akan mendukungmu.
Selanjutnya aku titip nenek dan ibumu, berbaktilah kepada mereka, sebab jika tidak ada nenek maka tidak ada aku, jika tidak ada ibu maka tidak ada kamu. Baik kamu ataupun aku ayahmu, jika tidak ada mereka maka kita tidak akan pernah dilahirkan ke mayapada ini. Maka sudah menjadi kewajibanmu untuk menghormati nenek dan berbakti pada ibumu."
Pesan ini ketika raden Arya Danuningrat akan menjalani hukuman dibuang ke Sumedang dan disampaikan di hadapan seluruh sanak saudara Sukapura yang tinggal di Limbangan termasuk didepan anaknya yg bernama Raden Wiradimanggala dan adiknya yg wanita Nyi Raden Ganda Kusumah juga Ibunya (Nyi Raden Larang). Mereka berkumpul dengan penuh duka begitupun Ibundanya menangisi nasib anaknya yg akan menjalani hukuman yg belum tahu berapa lama masa pembuangan itu.
Bahkan Adiknya pun begitu mendengarkan petuahnya sambil menangis tersedu-sedu dan tdk mau berpisah dgn kakaknya hingga akhirnya pingsan dalam derita. Bahkan bgitu sadar dari pingsannya, adiknyapun kembali menangis sambil memanggil kakaknya seperti orang ditinggal mati.
Air mata Nyi Raden Ganda Kusumah terus mengalir di pelupuk matanya mengiring kepergian kakak yg dicintai menuju pembuangan ke Sumedang. Konon sejarah nama Manonjaya berasal dari Air Mata nya Nyi Raden Ganda Kusumah.
-----
Setelah mereka bebas dari tahanan, namun Raden Anggadipa (Bupati ke VIII) beserta Patih Raden Arya Danuningrat tidak kembali ke Sukapura, mereka menetap untuk sementara waktu di salah satu kewadanaan sambil berfikir untuk mencari tempat yang tepat guna membangun Sukapura yang baru.
Mereka menemukan tempat yang akan dijadikan pusat pemerintahan yang baru yaitu di Desa Arjawinangun dengan pelataran menghadap timur dan utara, maka dibukalah hutan Arjawinangun untuk dibangun istana kebupatian.
Setelah babat alas Arjawinangun selesai maka dibangunlah istana kebupatian Sukapura. Tidak dicertakan berapa lama mereka membangun istana kebupatian, maka selesailah Kebupatian Sukapura yang pusat pemerintahannya berada di Arjawinangun, sesuai dengan hutan yang baru dibuka itu maka kebupatian yang akan diberi nama Arjawinangun. Namun oleh Patih Raden Arya Danuningrat tdk disetujui dan Raden Anggadipa yg menjabat sbg Bupati VIII menyerahkan sepenuhnya kpd adiknya yg menjabat Patih itu untuk memberi nama kebupatian.
Raden Arya Danuningrat teringat akan adiknya yang menangis tiada hentinya ketika beliau hendak menjalani masa pembuangan ke Sumedang sehingga air mata Nyi Raden Ganda Kusumah selalu terbayang di pelupuk matanya.
Karena teringat pada air mata adiknya maka ia memberi nama kabupatian itu dgn nama Manonjaya yg berasal dari kata cai panon (air mata) yg dalam arti keseluruhannya adalah air mata yg membawa kejayaan.
Demikianlah Istana Kabupatian itu resmi menggunakan nama Manonjaya pada tahun 1829. Pusat Pemerintahan pun beralih dari Sukapura (Sekarang Sukaraja) menuju Manonjaya dan Raden Anggadipa atau Raden Tumenggung Wiradadaha VIII tetap menjabat sebagai Bupati dengan dibantu oleh adiknya yg bernama Raden Arya Danuningrat sebagai Patihnya.
Sumber : Bupati Tasikmalaya Dari Masa Ke Masa, Afrudin Achmad, 2001, hal. 31-32
sudah di posting juga di Group TTD on March 22, 2010 at 6:37am
No comments:
Post a Comment