Tuesday 13 July 2010

Sejarah Bordir Tasikmalaya

Produk Bordir Tasikmalaya sudah sejak lama terkenal, sasaran pasarnya bukan hanya pasar nasional, namun sudah sampai ke manca negara. Bidang usaha kecil dan menengah cukup banyak menyerap tenaga kerja dengan investasi rata-rata yang relatif kecil. Bidang usaha bordir di Tasikmalaya tercatat dapat menyerap tidak kurang dari 31.325 orang yang tersebar pada 2.728 unit usaha.


Bordir Daya Tarik Wisata


Bordir memang sudah menjadi industri perdagangan di Tasikmalaya, bahkan sudah menjadi daya tarik wisata. Banyak wisatawan yang sengaja datang ke Tasikmalaya untuk melihat sekaligus berbelanja bordir. Jika wisatawan datang ke Tasikmalaya hampir selalu menyempatkan diri membeli oleh-oleh kain bordir selain membeli kerajinan anyaman Rajapolah atau sandal tarumpah produk Tasik.

Itu sebabnya, pasar bordir sekarang sudah begitu terbuka bahkan hingga ke mancanegara. Untuk dalam negeri saja, pangsa pasar bordir Tasik tersebar di seluruh Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Cirebon, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Lombok, Menado, Ujung Pandang, Banjarmasin, Balikpapan, Pontianak, Medan, Riau, dan lain-lainnya. Produk kerajinan ini juga menembus pasar ekspor.

Negara-negara yang menjadi pasar bordir Tasik di antaranya Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Arab Saudi, Mesir, dan negara-negara Timur Tengah, Australia, Kanada, AS, Prancis, New Zealend, Inggris, Jerman. Meluasnya pasar bordir tidak terlepas dari harga bordir Tasik yang relatif murah, namun kualitasnya cukup bagus dan bisa diandalkan.

Berdasarkan data di pemda, sentra industri bordir Tasikmalaya tersebar di 24 desa 12 kecamatan dan mampu menyerap tenaga kerja 31.765 orang dengan rincian 17.000 di Kota Tasikmalaya dan sisanya di Kabupaten Tasikmalaya yang tersebar di 2.708 unit usaha. Ke-12 kecamatan itu adalah Kec. Cibeureum, Cikalong, Cikatomas, Cipatujah, Cipedes, Kawalu, Karangnunggal, Leuwisari, Manonjaya, Salopa, Sodonghilir, dan Sukaraja.

Di antara ke-12 kecamatan itu, daerah yang paling dikenal sebagai sentra industri bordir adalah Kecamatan Kawalu. Industri bordir di sentra bordir Kawalu terdapat di Desa Cibeuti, Cilamajang, G. Tandala, Karanganyar, Karikil, Karsamenak, Talagasari, dan Tanjung yang memiliki 1.527 unit usaha dengan melibatkan jumlah tenaga kerja 16.164 orang.

Sementara itu, transaksi bordir dari data Deperindag Tasikmalaya, pada tahun 1999, sektor bordir mampu menyumbang dengan nilai transaksi Rp 666 triliun. Meski nilai transaksi yang cukup besar, tetap saja persoalan klasik seperti modal usaha, persaingan sesama perajin tetap menghantui sektor ini.

Meski begitu, bordir menjadi andalan yang cukup signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dan sumbangan PAD. Apalagi bagi warga Tasikmalaya, pengusaha bordir sudah terkenal kaya. Bahkan, Kawalu yang merupakan salah satu tempat terbesar bordir sering disebut sebagai kawasan petro dolarnya Tasik karena dari sanalah pengusaha kecil dengan keuntungan besar itu tumbuh dan mendunia.

**

SUKSES bordir Tasikmalaya ternyata tidak lepas dari jasa salah seorang ibu. Menurut sejarah, industri bordir pertama kali tumbuh dan berkembang pada tahun 1925 di Desa Tanjung Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Salah seorang perintisnya adalah seorang wanita bernama Hj. Umayah binti H. Musa yang pada tahun sebelumnya bekerja di perusahaan kebangsaan Amerika, Singer.

Hj. Umayah, setelah menguasai bidang bordiran saat di Singer, ia keluar dan kembali ke Desa Tanjung, dan membuka usaha kecil-kecilan dengan menerima pesanan bordiran baik dari Tasikmalaya maupun daerah lain seperti Jakarta. Selain membuka usaha, Hj. Umayah juga memberikan ilmunya dengan cara mendidik keluarga, tetangga serta kerabat dekat dalam usaha bordir.

Karena dinilai punya prospek yang menjanjikan, setelah Hj. Umayah wafat, usaha ini diteruskan keluarganya antara lain, Rosad, H. Sarbeni, dan H. Zarkasie. Dari situlah, usaha bordir berkembang cepat tidak hanya di Desa Kawalu saja, taetapi juga menyebar ke daerah lain, seperti Sukaraja, Tanjungjaya, Singaparna, Sukarame, Cibalong, Cikatomas, dan daerah lainnya.

Setelah menyebar, perajin bordir tidak hanya menerima pesanan barang saja, tapi juga dikembangkan dengan cara dijual langsung di wilayah luar Tasikmalaya, seperti di Tanah Abang Jakarta, Tegal Gubuk, Cirebon, dan Solo serta Surabaya. Melalui para pengusaha itulah, nama bordir Tasik semakin terkenal. Apalagi setelah bordir merajai Pasar Tanah Abang.

Terkenalnya bordir Tasikmalaya membuat warga berlomba-lomba untuk menggeluti usaha bordir. Atas ketekunan mereka-mereka itulah, akhirnya lahir jutawan-jutawan Tasikmalaya seperti, Asep Darsono, Ega R. Haryati, Drs. Fatuh Ahandi, H. Muslim, Komalasari, H. Edi, dan yang lainnya.

Memang kalau kita lihat, sektor bordir meski didera krisis moneter berkepanjangan, apalagi skrg mesinnya sdh ada yg ganti pke komputer namun tetap saja ada yg bertahan. Itulah sebabnya orang sering berkata, kalau bordir itu adalah jenis usaha kecil yang berkeuntungan besar.


Sumber :

- http://www.pikiran-rakyat.com/

- http://aslietasiex.wordpress.com/apa-ya/

-----

Postingan ini sudah kami posting juga di Group TTD on July 13, 2010 at 9:54am

No comments:

Post a Comment

linkwithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...